LAPORAN
PBL2 : NODULAR GOITER
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Endokrin
Disusun Oleh :
Kelompok 3 IK Reguler 2
Youshian
Elmy
|
115070207111004
|
Henky Indra Laksono
|
115070201111002
|
Rindika
Illa Kurniawan
|
115070200111036
|
Defi
Destyaweny
|
115070200111042
|
Ervina Ayu Misgiarti
|
115070200111044
|
Merchilliea
Eso Navy
|
115070200111046
|
Sri
Indah Novianti
|
115070201111020
|
Dewi
Atiqa Anggraeni
|
115070201111022
|
Faizatul
Mudawwamah
|
115070207111008
|
Risyda
Marifatul Khoirot
|
115070207111030
|
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
DEFINISI
Goiter
à
suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat
kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi / perubahan susunan
kelenjar & morfologinya. Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada
pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ di
sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea &
esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus &
pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas & disfagia. Hal tersebut
akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan &
elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar
dapat asimetris / tidak, jarang disertai kesulitan bernapas & disfagia
(Darmayanti dkk. 2012).
KLASIFIKASI
Menurut Mulinda (2005), yaitu
:
a.
Goiter
congenital
Hampir
selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak besar dan sering
terjadi pada ibu yang memiliki riwayat penyakit graves.
b.
Goiter
endemik dan kretinisme
Biasa terjadi pada daerah geografis
dimana detistensi yodium berat, dekompensasi dan hipotiroidisme dapat timbul karenanya, goiter endemik ini
jarang terjadi pada populasi yang tinggal
disepanjang laut .
c.
Goiter
sporadic
Goiter yang terjadi oleh berbagai
sebab diantaranya tiroiditis. Digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
·
Goiter
yodium à Goiter akibat pemberian yodium biasanya
keras & membesar secara difus & pada beberapa keadaan, hipotiroidisme
dapat berkembang.
·
Goiter
sederhana (Goiter kollot) à Yang tidak diketahui asalnya. Pada pasien bistokgis tiroid yang tampak
normal.
·
Goiter
multinodular à Goiter keras dengan permukaan berlobulasi &
tunggal / banyak nodulus yang dapat diraba, mungkin terjadi perdarahan,
perubahan kistik & fibrosis.
d.
Goiter
intratrakea
Tiroid intralumen terletak dibawah
mukosa trakhea & sering berlanjut
dengan tiroid ekstratrakea yang terletak secara normal.
Klasifikasi
Goiter menurut WHO :
1.
Stadium
O – A : tidak ada goiter.
2.
Stadium
O – B : goiter terdeteksi dari palpasi tetapi tidak terlihat walaupun
leher terekstensi penuh.
3.
Stadium
I : goiter palpasi & terlihat hanya jika leher terekstensi penuh.
4.
Stadium
II : goiter terlihat pada leher dalam Potersi.
5.
Stadium
III : goiter yang besar terlihat dari Darun
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan
distribusi & frekuensinya, yaitu (Darmayanti dkk. 2012) :
a. Orang
Data
rekam medis Divisi Ilmu Bedah RSU Dr. Soetomo tahun 2001-2005 struma nodusa
toksik terjadi pada 495 orang diantaranya 60 laki-laki (12,12 %) & 435
perempuan (87,8 %) dengan usia terbanyak à
31-40 tahun 259 orang (52,3 2%), struma multinodusa toksik yang terjadi pada
1.912 orang diantaranya 17 laki-laki (8,9 %) & 174 perempuan (91,1%) dengan
usia yang terbanyak pada usia 31-40 tahun berjumlah 65 orang (34,03 %).
b. Tempat
dan Waktu
Penelitian
Ersoy di Jerman pada tahun 2009 dilakukan palpasi / pemeriksaan benjolan pada
leher dengan meraba leher 1.018 anak ditemukan 81 anak (8,0%) mengalami struma
endemis / gondok. Penelitian Tenpeny K.E di Haiti pada tahun 2009 menemukan PR
struma endemis 26,3 % yang dilakukan pemeriksaan pada 1.862 anak usia 6-12
tahun.
Penelitian
Arfianty di Kabupaten Madiun tahun 2005 dengan sampel 40 anak yang terdiri dari
20 anak penderita gondok dan 20 anak bukan penderita gondok menunjukan PR GAKY
31,9 % di Desa Gading (daerah endemik) dan 0,65 % di Desa Mejaya (daerah non endemik).
ETIOLOGI
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi
kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium, goitrogenik glikosida
agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu,
jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan
anti tiroid, anomali, peradangan dan tumor/neoplasma.
Penyebab Goiter adalah (Rumahorbo, 1999):
1.
Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang komponen
spesifik pada jaringan tersebut).
·
Tiroiditis Hasimoto’s juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat
adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan
penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH & TRH akibat umpan balik
negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi
tampaknya terdapat kecenderungan genetic untuk mengidap penyakit ini. Penyebab
yg sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar
tiroid seringkali membesar & hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian
akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.
·
Penyakit Graves. Sistem kekebalan menghasilkan satu protein,
yang disebut tiroid stimulating imunoglobulin (TSI). Seperti dengan TSH, TSI
merangsang kelenjar tiroid untuk memperbesar memproduksi sebuah gondok.
2.
Penyebab kedua
tersering à pengobatan terhadap hipertiroidisme baik yodium
radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
3.
Obat-obatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon tiroid.
4.
Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
sebagai akibat dari kecacatan dalam sintesis hormon normal dalam kelenjar
tiroid
5.
Gondok endemik à hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam
makanan. Gondok à pembesaran kelenjar tiroid. Pada << iodiurn
terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan & hipertrofik
dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT ↓ akan
disertai kadar TSH & TRH ↑ karena minim umpan balik. Kekurangan yodium
jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang
kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
6.
Kurang iodium dalam diet, sehingga kinerja kelenjar tiroid ↓ &
menyebabkan pembengkakan. Yodium
sendiri dibutuhkan untuk membentuk hormon tyroid yang nantinya diserap di usus &
disirkulasikan menuju bermacam-macam kelenjar. Kelenjar tersebut diantaranya :
Kelenjar
air ludah
|
Mukosa
lambung
|
Ciliary
body
|
Plasenta
|
Intenstinum
tenue
|
Choroid
|
Kelenjar
mammae
|
Kelenjar
gondok
|
Sebagian
besar unsur yodium ini dimanfaatkan di kelenjar gondok. Jika kadar yodium di dalam kelenjar gondok kurang, dipastikan
seseorang akan mengidap penyakit gondok.
7.
Beberapa disebabkan oleh tumor (Baik
dan jinak tumor kanker)
·
Multinodular Gondok. Individu dengan gangguan ini memiliki satu /
lebih nodul di dalam kelenjar tiroid yang menyebabkan pembesaran. Hal ini
sering terdeteksi sebagai nodular pada kelenjar perasaan pemeriksaan fisik.
Pasien dapat hadir dengan nodul tunggal yang besar dengan nodul kecil di
kelenjar / mungkin tampil sebagai nodul beberapa ketika pertama kali
terdeteksi.
·
Kanker Tiroid. Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid
meskipun < 5 persen dari nodul adalah kanker. Sebuah gondok tanpa nodul
bukan merupakan resiko terhadap kanker. Karsinoma tiroid
dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Terapi kanker yang
jarang dijumpai à tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, terapi
iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini
menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak, adalah
penyebab kanker tiroid. << iodium dapat ↑ risiko pembentukan kanker
tiroid à merangsang proliferasi & hiperplasia sel tiroid.
8.
Kerusakan genetik, yang lain terkait dengan luka atau infeksi di tiroid,
Tiroiditis. Peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat
mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid.
9.
Kehamilan à Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan
yaitu gonadotropin dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.
Menurut
American Society for Study of Goiter, etiologinya dibagi menjadi (Sherwood,
2004):
1.
Struma Non Toxic Nodusa à pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas
tanpa gejala-gejala hipertiroid. Penyebab paling banyak dari struma non toxic
adalah kekurangan iodium, akan tetapi pasien dengan pembentukan struma yang
sporadis, penyebabnya belum diketahui. Struma non toxic disebabkan oleh
beberapa hal yaitu:
a.
<< iodium
: pembentukan struma terjadi pada defisiensi sedang yodium yg <50 mcg/d.
Sedangkan defisiensi berat iodium adalah <25 mcg/d dihubungkan dengan
hipotiroidisme & kreatinisme
b.
>>
yodium: jarang & umumnya terjadi pada preexisting tiroid autoimun
c.
Goitrogen:
·
Obat: Propylthiouracil,
litium, phenylbutazone. Aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium
·
Agen
lingkungan : phenolic dan phthalate ester derivative dan resorcinol berasal
dari tambang batu dan batubara
·
Makanan,
sayur mayur jenis Brassica (misalnya kubis, lobak cina), singkong, dan goitrin
dalam rumput liar
d.
Dishormonogenesis:
kerusakan jalur biosynthethic hormon kel. tiroid
e.
Riwayat
radiasi kepala dan leher: riwayat radiasi selama masa kanak-kanak mengakibatkan
nodul benigna dan maligna
2.
Struma Non Toxic Diffusa, dengan etiologi :
Defisiensi iodiom
|
Resistensi hormon tiroid
|
Terpapar radiasi
|
Kelebihan iodium (efek Wolf-Chaikoff) atau
ingesti lithium, dengan penurunan pelepasan hormon tiroid
|
Penyakit deposisi
|
Autoimun thyroiditis : Hashimoto atau
postpartum thyroiditis
|
Keganasan tiroid
|
Inborns errors metabolisme yang menyebabkan
kerusakan dalam biosynthesis hormon tiroid
|
Tiroiditis Subakut
|
Kronik: mycobacteria, fungal, dan penyakit
granulomatosa parasit
|
Silent thyroiditis
|
Suppuratif akut: bacterial
|
gen-agen infeksi
|
Terpapar radiasi
|
Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor
hipofisis, resistensi hipofisis terhadap hormon titoid, gonadotropin, dan
atau tiroid stimulating immunoglobulin
|
3.
Struma Toxic Nodusa, dengan etiologi :
a.
Defisiensi
iodium yang mengakibatkan penurunan level T4
b.
Aktivasi
reseptor TSH
c.
Mutasi
somatik reseptor TSH
d.
Mediator-mediator
pertumbuhan termasuk : Endothelin -1 , insulin like growth factor-1, epidermal
growth factor, dan fibroblast growth factor.
4.
Struma Toxic Diffusa
Grave
disease à penyakit autoimun yang belum diketahui
penyebabnya.
FAKTOR RESIKO
Menurut
Tarwono (2012), yaitu :
·
Kurangnya
diet yodium. Orang-orang yang tinggal di daerah dimana yodium sulit didapatkan
beresiko tinggi gondok.
·
Jenis
kelamin. Perempuan lebih rentan mengalami gangguan tiroid daripada laki-laki.
Menurut Wickham & Robert J Graves ini b/d modulasi respons imun oleh
estrogen. Hal ini karena epitope ekstraseluler TSHR homolog dengan fragmen pada
reseptor LH dan homolog dengan fragmen pada reseptor FSH
·
Usia lanjut
≥ 50 tahun atau lebih berisiko lebih tinggi terkena gondok.
·
Riwayat
medis. Riwayat pribadi atau keluarga yang menderita penyakit autoimmune
meningkatkan risiko gondok.
·
Beberapa
obat termasuk immunosuppressants, obat jantung Amiodarone ( kaya iodium
sehingga memiliki efek samping hipertiroid) dan lithium obat psikiatri
meningkatkan risiko gondok karena mengganggu metabolik hormon titoid dengan
cara menghambat sintesa hormon.
·
Terpapar
radiasi. Risiko meningkat jika seseorang menjalani perawatan radiasi ke leher
atau dada atau terkena radiasi di fasilitas nuklir
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Price, Sylvia dkk. (2012) & Kusuma, Alan. (2009), yaitu :
Ë Gejala
utama :
1. Pembengkakan,
mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian
depan leher tepat di bawah Adam’s apple.
2. Rasa
sesak di daerah tenggorokan.
3. Kesulitan
bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).
4. Kesulitan
menelan (karena kompresi dari esofagus).
5. Suara
serak.
6. Distensi
vena leher.
7. Pusing
ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
8. Kelainan
fisik (asimetris leher) à pergeseran
letak trakea & esofagus
Terdapat gejala lain, diantaranya :
|
|
1.
Peningkatan
denyut nadi
|
2.
Berkeringat
tanpa latihan
|
3.
Detak
jantung cepat
|
4.
Agitasi
|
5.
Diare,
mual, muntah
|
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Berbagai
modalitas dalam menegakkan diagnosis pasti nodul tiroid & untuk mengetahui
jenisnya telah dikenal dalam dunia kesehatan. Mulai dari anamnesis pemeriksaan
sederhana, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang yang canggih dalam
penanganan pasien nodul tiroid. Pemeriksaan penunjang à pemeriksaan kadar Thyroid-Stimulating
Hormone (TSH) serum, Fine-Needle Aspiration (FNA), USG tiroid & Thyroid
scan. Berikut pemeriksaan yang dapat dilakukan (Darmayanti dkk. 2012) :
a. Pengukuran T3 (Triodothyroxin) dan
T4 (Tiroksin)
Nilai normal dewasa :
|
Nilai normal pada
bayi/anak :
|
·
Iodium bebas : 0,1
|
·
T3 : 180-240
|
·
T3 : 0,2
|
|
·
T4 : 6
|
b. Pemeriksaan
radioisotop
Hasil pemeriksaan dengan radioisotop à ukuran, bentuk lokasi, & fungsi
bagian-bagian tiroid. Pasien diberi NacI peroral & setelah 24 jam secara
fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yg ditangkap oleh tiroid.
Nilai normalnya 10-35%. Jika 10% menurun à (hipotiroidisme),
jika .35% meninggi à (hipertiroidisme).Dari
hasil sidik tiroid dibedakan 3 bentuk :
- Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil /kurang dibandingkan sekitarnya.
- Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
- Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.
c.
Scintiscan yodium à radio aktif dengan teknetium porkeknera,
untuk melihat medulanya.
d.
Sidik ultrasound à mendeteksi perubahan kistik pada medula
tiroid.
e.
USG à membedakan
antara padat, cair & beberapa bentuk kelainan, tapi belum dapat membedakan
dengan pasti ganas / jinak. Kelainan-kelainan yg dapat didiagnosis à Kista, Adenoma, Tiroiditis & Kemungkinan
karsinoma
f.
Foto Polos à leher & dada, menunjukan pergeseran
trakea & esofagus.
g.
Esofagogram à menunjukan goiter sebagai penyebab disfagia.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Ada
beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma, yaitu (Darmayanti,
2012):
v Operasi/
Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif & tidak
dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang
dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan.
Pada wanita hamil / wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik atau
pil KB), kadar hormon tiroid total tampak ↑. Hal ini disebabkan makin >>tiroid yang terikat
oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga diketahui
keadaan fungsi tiroid.
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum
pembedahan tidak perlu pengobatan dan
sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari. Kemudian diberikan obat
tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin tidak cukup memproduksi
hormon dalam jumlah yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan
struma dilakukan 3-4 minggu setelah tindakan pembedahan.
v Yodium
Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis ↑ pada kelenjar tiroid
sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka
pemberian yodium radioaktif dapat << gondok sekitar 50 %. Yodium
radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil
penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak ↑ resiko kanker, leukemia
/ kelainan genetik Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul / cairan harus diminum di
rumah sakit, obat ini ini biasanya diberikan 4 minggu setelah operasi, sebelum
pemberian obat tiroksin.
v Pemberian
Tiroksin dan obat Anti-Tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini
bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu
untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga
diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi
pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat
ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.
v Pencegahan
Tertier
Pencegahan tersier bertujuan mengembalikan fungsi mental, fisik &
sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol
teratur/berkala untuk memastikan dan mendeteksi adanya kekambuhan atau
penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi dan
kecacatan
c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat
penderita lebih percaya diri, fisik segar dan bugar serta keluarga dan
masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui melakukan fisioterapi yaitu
dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan rehabilitasi kejiwaan,
sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi aesthesis yaitu
yang berhubungan dengan kecantikan.
KOMPLIKASI
Hiperkalsemia
|
Impotensi
|
Nefrokalsinosis
|
Berkurangnya
jumlah sperma
|
Penurunan
libido
|
Ginekomastia
|
Oftalmopati
graves
|
Dermopati graves
|
Infeksi karena agranulositosis pada
pengobatan dengan obat antitiroid.
|
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1.
Pengumpulan data anamnesa :
a. Identifikasi
klien à
nama, alamat, status & pekerjaan Klien dsb.
b. Keluhan
utama klien à
adanya benjolan pada leher bagian depan.
c. Riwayat
penyakit sekarang à
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar
sehingga mengakibatkan sulit menelan dan terganggunya pernafasankarena
penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
d. Riwayat
penyakit dahulu à
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang b/d penyakit gondok mis <<
yodium (gondok endemik), menderita gondok >1x, tetangga sekitar berpenyakit
gondok, riwayat tiroiditis limfositik menahun, paparan bahan2 goitrogen
(yodium, tiourasil dsb), post op tiroidektomi & hipopituitarisme.
e. Riwayat
kesehatan keluarga à riwayat
keluarga dengan nod. goiter.
f. Riwayat
psikososial à
Akibat dari pembesaran nodul kelenjar tiroid yang menyebabkan daerah
leher klien terlihat benjolan yang besar, sehingga ada kemungkinan klien
merasa maludengan orang lain.
2.
Pemeriksaan fisik
B1
(Breath)
|
B2
(Blood)
|
B3
(Bladder)
|
Pernapasan lambat
|
Nadi lambat
|
Poliuri
|
sesak
|
Tekanan darah turun
|
|
suara parau dan kasar.
|
RR lambat
|
|
Suhu rendah
|
B4
(Brain)
|
B5
(Bowel)
|
B6
(Bone)
|
|
Komposmentis
|
Konstipasi
|
Kelemahan otot
|
|
Gangguan koordinasi
|
Disphagia
|
Parasthesia jari–jari tangan
|
|
Kelelahan & atrofi otot
|
|||
3.
Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan penunjang
·
Human thyrologlobulin( untuk keganasan
thyroid)
·
Kadar T3, T4
·
Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11Darah
rutin
·
Endo Crinologiie minimal 3 hari berturut
turut (BMR) nilai normal antara –10s/d +15
·
Kadar calsitoxin (px yang dicurigai carsinoma
meduler).
b.
Pemeriksaan radiologis
·
Dilakukan foto thorak posterior
anterior
·
Foto polos leher antero posterior &
lateral dengan metode soft tissutechnig
·
Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi
ke esofagus.
ANALISA DATA
DATA
|
ETIOLOGI
|
DX
|
DS
:
- Pasien mengeluh sesak
DO:
- Penggunaan
otot bantu nafas
- Pasien
gelisah
- RR
> 20x menit
- Ekspansi
dada asimetris
|
Faktor resiko dan etiologi
↓
Gangguan pd kel. Tiroid
↓
pe↓ produksi hormone tiroid
↓
Pengiriman sinyal feedback negative ke
hipofisis me↓
↓
Sekresi TSH me↑
↓
Peningkatan cellurarity dan hyperplasia
kel. tiorid
↓
Nodular Goiter
↓
menekan trakea à penyempitan jln nafas
↓
Sesak à
RR↑
↓
Ketidakefektifan
pola nafas
|
Ketidakefektifan
pola nafas
|
DO:
· Bising
usus hiperaktif
· ↓ BB
à
asupan makanan adekuat
· Kesalahan
informasi
· Diare
· Membrane
mukosa pucat
DS:
· Nyeri
abdomen
· Menghindari
makan
|
Faktor resiko dan etiologi
↓
Gangguan pd kel. Tiroid
↓
pe↓ produksi hormone tiroid
↓
Pengiriman sinyal feedback negative ke
hipofisis me↓
↓
Sekresi TSH me↑
↓
Peningkatan cellurarity dan hyperplasia
kel. tiorid
↓
Nodular Goiter
↓
Menekan
esophagus à g3 menelan
↓
↓ nafsu makan à ↓ BB
↓
Ketidakseimbangan nutrisi < kebutuhan tubuh
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
DO :
- Perilaku mengenai
tubuh individu
-
Perilaku menghindari tubuh individu
-
Perilaku memantau tubuh individu
-
Respons nonverbal terhadap perubahan aktual pada
tubuh (penampilan, struktur)
-
Respons nonverbal terhadap persepsi perubahan pada
tubuh (penampilan, struktur)
-
Verbalisasi perasaan yang mencerminkan perubahan
pandangan tentang tubuh individu (penampilan, struktur)
-
Verbalisasi persepsi yang mencerminkan perubahan
pandangan tentang tubuh (Penampilan, struktur)
|
Faktor resiko dan etiologi
↓
Gangguan pd kel. Tiroid
↓
pe↓ produksi hormone tiroid
↓
Pengiriman sinyal feedback negative ke
hipofisis me↓
↓
Sekresi TSH me↑
↓
Peningkatan cellurarity dan hyperplasia
kel. tiorid
↓
Nodular Goiter
↓
Pembesaran bagian leher
↓
Gangguan
Citra Tubuh
|
Gangguan Citra Tubuh
|
PERENCANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN
DX
|
TUJUAN
& KH
|
INTERVENSI
|
||||||||||||||||||
Ketidakefektifan pola nafas
|
NOC:
v Respiratory
status : Ventilation
v Respiratory
status : Airway patency
v Vital sign Status
Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24
jam pasien menunjukkan keefektifan
pola nafas.
KH :
·
Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, RR dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
·
TTV
normal àTD:
120/80 mmHg, HR: 60-80x/menit, RR: 18-20x/menit
|
NIC:
·
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
·
Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara tambahan
·
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan keseimbangan.
· Monitor respirasi dan status O2
· Bersihkan mulut, hidung & secret trakea
· Pertahankan
jalan nafas yang paten
· Observasi
tanda hipoventilasi
· Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
· Monitor TTV
· Informasikan pasien & keluarga tentang tehnik
relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
· Monitor pola nafas
· Waspadakan
klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau eksensi pada
saat beristirahat
· Kolaborasi : obat/ terapi mengecilkan ukuran goiter
· Persiapkan
operasi bila diperlukan.
|
||||||||||||||||||
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24jam kebutuhan nutrisi tercukupi
KH:
|
Nutrition
management
·
Dorong
asupan kalori sesuai kebutuhan tubuh (Hitung BMI juga)
·
Dorong
asupan protein, iron, dan vitamin C
sesuai kebutuhan
·
Pastikan
diet makanan ↑serat untuk mencegah konstipasi
·
Timbang BB
pasien setiap minggu
Nutrition
monitoring
·
Monitor ↓BB
dan ↑ BB
·
Monitor
pilihan makanan & pemilihannya
·
Monitor
level energy, malaise, keletihan, dan kelemahan
·
Monitor
intake kalori dan nutrisi
·
Catat tanda
perubahan status nutrisi & treatment g diberikan
|
||||||||||||||||||
Gangguan citra tubuh b.d. biofisika (penyakit kronis)
|
NOC :
·
Body image
·
Self esteem
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam gangguan citra tubuh pasien teratasi.
KH:
Body image positif
·
Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
·
Mendiskripsikan secara faktual
perubahan fungsi tubuh
·
Mempertahankan interaksi sosial
|
Body image enhancement
·
Kaji secara verbal dan
nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
·
Monitor frekuensi mengkritik
dirinya
·
Diskusikan dengan klien tentang perubahan dirinya
·
Berikan dukungan dan suport mental serta spiritual
·
Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan secara
mental dan spiritual
·
Jelaskan tentang pengobatan,
perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
·
Ajarkan klien dan keluarga tentang cara merawat dan
perawatan diri
·
Dorong klien mengungkapkan
perasaannya
·
Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam kelompok kecil
|
IMPLEMENTASI & EVALUASI
DX
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
Ketidakefektifan pola
nafas
|
Dilakukan sesuai perencanaan intervensi
yang dibuat
|
S :
(keluhan klien)
O :
TTV normal, Klien tidak kesulitan untuk bernafas. Pola nafas efektif
A :
(kesimpulan kondisi klien)
P :
diteruskan / berhenti / lakukan intervensi selanjunya
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Dilakukan sesuai perencanaan intervensi yang dibuat
|
S :
(keluhan klien)
O : Klien & keluarga dapat menerapkan treatmen dalam kehidupan, ↑ BB yang
spesifik
A :
(kesimpulan kondisi klien)
P : diteruskan / berhenti
/ lakukan intervensi selanjunya
|
Gangguan citra tubuh
|
Dilakukan sesuai perencanaan intervensi
yang dibuat
|
S :
(keluhan klien)
O :
Mampu
mengidentifikasi kekuatan personal, Mendiskripsikan
secara faktual perubahan fungsi tubuh, Mempertahankan interaksi sosial
A :
(kesimpulan kondisi klien)
P :
diteruskan / berhenti / lakukan intervensi selanjunya
|
DAFTAR REFERENSI
·
Darmayanti,
dkk. 2012. Endemik Goiter. Denpasar: Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
·
Price,
Sylvia dkk. 2012. Patofisiologi : Konsep
Klinis dan Proses-Proses Penyakit edisi 6. Jakarta: EGC
·
Tarwono,Ns.S.Kep,M.Kep,dkk,
perawatan medikal bedah,sistem endokrin,jakarta:tim 2012
·
Sherwood,
Lauralee. 2004. Sistem endokrin. Dalam : Fisiologi manusia dari sel ke sistem
edisi 2. Jakarta : EGC
·
Rumahorbo,
Hotma. 1999. Klien dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar