CA CERVIKS

Kanker
Leher Rahim adalah tumor ganas yang mengenai lapisan permukaan (epitel) dari
leher rahim atau mulut rahim, dimana sel – sel permukaan (epitel) tersebut
mengalami penggandaan dan berubah sifat tidak seperti sel yang normal.
Penggandaan sel yang tidak menuruti aturan yang normal itu dapat membentuk
tumor atau dungkul kadang – kadang luka atau borok, yang memberi keluhan atau
gejala keputihan yang berbau atau perdarahan. Satu lagi sifat dari sel ganas
ini ialah dapat menyebar baik secara langsung disekitar panggul maupun menyebar
jauh lewat saluran getah bening atau pembuluh darah, misalnya ke paru, hati
atau tulang (Sarwono, 2006 ;
Cowan, 1997)
Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi tapi yang
paling banyak penganutnya adalah yang dibuat oleh IFGO (International
Federation of Ginekologi and Obststrics), yaitu :
·
Stage 0:
Karsinoma in situ atau karsinoma intraepitel
· Stage 1: Proses terbatas pada serviks
(perluasan ke korpus uteri tidak dinilai)
o Stage 1a : Karsinoma serviks preklinis
hanya dapat diagnosis secara
mikroskopis, lesi tidak lebih dari 3mm / secara mikroskopik kedalamannya
>3-5 mm dari epitel basal & memanjang tidak lebih boleh dari 7 mm
o Stage 1b : Lesi invasif > 5,, dibagi atas
lesi < 4 cm dan > 4cm
· Stage 2 : Proses keganasan
telah keluar dari serviuks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke
parametrium tetapi tidak sampai dinding panggul
o
Stage 2a :
Penyebaran hanya ke vagina , parametrium masih bebas dari infiltrate
tumor
o
Stage 2b : Penyebaran ke parametrium,uni atau bilateral
tetapi belum sampai dinding panggul
· Stage 3 : Penyebaran sampai
1/3 distal vagina / keparametrium - dinding panggul
o
Stage 3a :
Penyebaran sampai 1/3 distal vagina namun tidak sampai ke dinding
panggul
o
Stage 3b :
Penyebaran sampai dinding panggul tidak ditemukan daerah bebas
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat I atau
II tetapi sudah ada gangguan faal ginjal /hidronefrosis
· Stage 4 : Proses keganasan
telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rectum dan atau vesika
urinaria ( dibuktikan secara histology) atau telah bermetastasis keluar panggul
atau ketempat yang jauh
o
Stage 4a : Telah bermetastasis ke organ sekitar
o
Stage 4b : Telah bermetastasis jauh
EPIDEMIOLOGI
Menurut Globacan (2002) di seluruh dunia setiap tahun ada
493.243 wanita terdiagnosa kanker serviks, 273.505 meninggal.Di dunia, lebih
dari 700 wanita meninggal setiap hari karena kanker serviks. Di Indonesia,
kanker serviks menempati urutan pertama kanker pada wanita. Setiap hari di
Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20 wanita meninggal karena kanker
serviks.Karena kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui
penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya.Ditambah juga sudah ada
metode deteksi dini kanker serviks dan adanya pencegahan dengan vaksinasi,
seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker servik dapat
diturun.Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan pengetahuan
tentang kanker servik yang kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk deteksi
dini pun masih rendah.
Di Negara maju, Ca serviks menempati
urutan keempat setelah Ca payudara, kolorektum dan endometrium.Di Negara
berkembang, Ca serviks menempati urutan pertama. Ca ini ditemukan terbanyak
pada usia muda antara 30-60 tahun. Lebih dari 90% merupakan Ca epidermoid.
PATOFISIOLOGI
(terlampir)
FAKTOR RESIKO
Penyebab kanker serviks belum
jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang
menonjol, antara lain :
·
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual à Penelitian menunjukkan bahwa
semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker
serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
·
Jumlah kehamilan melakukan hubungan seksual à Kanker serviks terbanyak dijumpai
pada wanita yang sering partus.Semakin sering partus semakin besar kemungkinan
resiko mendapat karsinoma serviks.
·
Jumlah perkawinan à Wanita yg sering melakukan hubungan seksual & berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
·
Infeksi virus
Infeksi
virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata
diduga sebagai factor penyebab kanker serviks. HPV (human
papillomavirus) adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma
akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat
berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
·
Social ekonomi
Karsinoma
serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor
sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
·
Hygiene dan sirkumsisi
Diduga
adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya
belum disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak
terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
·
Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok
akan merangsang terbentuknya sel kanker, Penemuan lain memperlihatkan temuan nikotin pada cairan serviks wanita
perokok, bahan ini bersifat karsinogen yang selanjutnya mendorong pertumbuhan
kea rah kanker.. Sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap
serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi
yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
·
Kontrasepsi
Oral
Penelitian secara perspektif yang
dilakuakn oleh Vessey dkk tahun 1983 (Schiffman, 1996) mendapatkan bahwa
peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi
oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun
pemakaian 4 x lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. WHO
mereview berbagai penelitian yang menghubungkan penggunaan kontrasepsi oral
dengan risiko terjadinya kanker serviks, sulit menyimpulkan hubungan tersebut
mengingat lama penggunaan kontrasepsi oral bereaksi dengan factor lain
khususnya pola kebiasaan seksual dalam mempengaruhi risiko Ca serviks. Selain
itu, adanya kemungkinan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lain
lenih sering melakukan pemeriksaan pap smear serviks, sehingga dysplasia
karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut.
MANIFESTASI KLINIS
Perubahan prekanker pada serviks
biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali
jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear. Gejala biasanya baru muncul ketika sel
serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan di
sekitarnya.
Pada stadium awal timbul gejala berikut :
·
Metroragia/ Menstruasi abnormal
(lebih lama dan lebih banyak)
·
Keputihan yang menetap, dengan
cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta
berbau busuk
·
Perdarahan vagina yang abnormal,
terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah
menopause
·
Perdarahan spontan
·
Obstruksi tital vesika urinaria
Gejala
kanker serviks stadium lanjut
meliputi:
·
Nyeri panggul, punggung atau
tungkai (Salah satu kaki bengkak)
·
Nafsu makan berkurang, penurunan
berat badan, kelelahan & anemia
·
Perdarahan berat dari vagina
·
Bocornya urine atau feses dari
vagina
·
Patah tulang

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·
Sitologi

·
IVA
IVA
yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan
dengan mengoles serviks /
leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti
area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak
ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga
relatif murah. Dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda
mencurigakan, maka metode deteksi lainnya lebih lanjut harus dilakukan.
·
Kolposkopi

·
Biopsi

Biopsi dilakukan di daerah abnormal
jika kanalis servikalis terlihat
seluruhnya dengan kolposkopi. Jika kanalis
servikalis tidak terlihat seluruhnya /hanya terlihat sebagian sehingga kelainan di dalam kanalis
servikalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat
dan alat biopsi harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10
%.
·
Konisasi
Konisasi serviks ialah pengeluaran
sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk
kerucut (konus), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu ke-rucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi
harus selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan
kolposkopi. Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan,
dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol
(yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100 ml) & eksisi dilakukan di luar daerah
dengan tes positif (daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol). Konisasi
diagnostik dilakukan pada keadaan- keadaan sebagai berikut :
o
Proses dicurigai berada di
endoserviks
o
Lesi tidak tampak seluruhnya
dengan pemeriksaan kolposkopi
o
Diagnostik mikroinvasi ditegakkan
atas dasar spesimen biopsy
o
Ada kesenjangan antara hasil
sitologi dan histopatologik
·
Servikografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm
dengan lensa 100 mm & lensa ekstensi 50 mm. fotografi diambil oleh dokter, perawat / tenaga kesehatan lainnya, dan slide
(servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif / curiga jika tidak tampak kelainan
abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya & disebut defek secara teknik jika
servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera / flash)
·
Pemeriksaan visual langsung
Pada daerah di mana fasilitas
pemeriksaan sitologi dan kolposkopi tidak ada, maka pemeriksaan visual langsung
dapat digunakan untuk mendeteksi kanker secara dini.Sehgal dkk tahun 1991 di
India melakukan pemeriksaan visual langsung disertai pemeriksaan sitologi dan
kolposkop. Kanker dini dicurigai sebanyak 40-50% dengan visual langsung, sedang
pemeriksaan sitologi dan kolposkopi dapat mendeteksi masing- masing sebanyak
71% dan 87%.
·
Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop
monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan
skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera
disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat.
Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu
sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun 1994
membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan sitologi pada sejumlah
920 pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas
99,7%; predictive positive value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu
11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang
digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedik/bidan untuk mendeteksi lesi
prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada.
PENATALAKSANAAN MEDIS untuk tiap penyakit
penatalaksanaan kanker serviks tergantung lokasi & ukuran tumor, stadium, usia, keadaan umum penderita
untuk hamil lagi. Berikut secara umum :
1.
Pembedahan
Pada
karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar),
seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun
melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang
pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan.
Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk
menjalani histerektomi. Pada kanker invasive, dilakukan histerektomi dan
pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal)
serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium yang normal dan masih
berfungsi tidak diangkat.
2.
Terapi
penyinaran
Terapi
penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasive yang masih
terbatas pada daerah panggul. Efek samping dari terapi penyinaran : Iritasi
rectum dan vagina, Kerusakan kandung kemih dan rectum, Ovarium berhenti
berfungsi. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya, yaitu:
a. Radiasi eksternal : sinar berasal dari
sebuah mesin besar penderita tidak perlu dirawat di RS, penyinaran dilakukan
sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
b. Radiasi internal : zat radioaktif
terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul
dibiarkan selama 1-3 hari & penderita dirawat di RS. Pengobatan ini bisa
diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
3.
Kemoterapi
Jika kanker
telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi.
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat
anti-kanker bisa diberikan dalam suatu siklus artinya suatu periode pengobatan
diselingi dengan periode pemulihan , lalu dilakukan pengobatan, diselingi
dengan pemulihan, begitu seterusnya.
4.
Terapi
biologis
Pada terapi
biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki system kekebalan tubuh dalam
melawan penyakit. terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa
dikombinasikan dengan kemoterapi.
v
Berdasarkan
tingkat stadium kanker :
STADIUM
|
GEJALA
KLINIS
|
PENGOBATAN
|
KETAHANAN
HIDUP (dalam tahun)
|
Stage
0
|
Sel
tumor masih berukuran sangat kecil & baru mengenai lapisan sel terluar
dari leher rahim, belum ada keluhan klinis
|
Biasanya ditemukan dari
pemeriksaan papsmear. Dilakukan
operasi pengangkatan pada bagian
leher rahim yang terkena (biopsy kerucut)
|
Bila
kanker cepat terdiagnosa & segera diobati maka sel kanker dpt diangkat seluruhnya
|
Stage
I Ã Ia, Ib
|
Telah terjadi proses penyebaran dari sel tumor yang terbatas pada
leher rahim dengan luas kanker 3-5 cm, gejala klinis belum begitu jelas dapat
berupa keputihan / perdarahan antar haid
|
Biopsi kerucut dilanjutkan dengan pemeriksaan jaringan, bila penyebaran
sel cukup luas dilakukan pengangkatan rahim
|
85
%
|
Stage
II Ã IIa, IIb
|
Proses keganasan telah keluar dari leher rahim dan menjalar ke
2/3 bagian atas dari vagina, muncul gejala klinis yang jelas seperti
keputihan, perdarahan sesudah senggama / perdarahan spontan.
|
Pengangkatan rahim beserta klenjar yang ada disekitarnya dilanjutkan
dengan radioterapi (radiasi)
|
60%
|
Stage
III Ã IIIa, IIIb
|
Penyebaran sel kanker telah sampai bagian bawah dari vagina
serta dinding
panggul tidak jarang ditemukan ginjal yang telah membengkak
karena penyebaran sel tumor menyebabkan gangguan pada aliran urine, gejal
klinis
sangat jelas, selain perdarahan spontan juga mulai timbul bau yang
busuk dari
vagina akibat dari sel kanker yang mati & membusuk.
|
Pengangkatan rahim dilanjutkan dengan radioterapi.
|
45
%
|
Stage
IV Ã IVa, IVb
|
Proses keganasan telah keluar dari panggul bisa sampai ke usus, kandung kencing atau
bahkan ketempat yang lebih jauh seperti tulang, otak atau paru. Muncul
keluhan lain seperti cepat lelah, penurunan berat badan drastis, anemia
karena perdarahan, tidak bias kencing karena hambatan sel kanker dikandung
kencing / sesak nafas karena penyebaran kanker ke paru-paru.
|
Radioterapi dan kemoterapi
|
18
%
|
ASUHAN
KEPERAWATAN CA CERVIKS
PENGKAJIAN
1.
Data pasien à Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak,
agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
2.
Keluhan utama à pasien
biasanya datang dengan keluhan perdarahan intra servikal dan disertai keputihan
menyerupai air.
3.
Riwayat penyakit sekarang à Biasanya
klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan,
keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
4.
Riwayat penyakit sebelumnya à Riwayat
abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan,
serta adanya tumor.Riwayat keluarga yang menderita kanker.
5.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya à Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang
rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang
dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama
kebersihan dari saluran urogenital.
6.
Data khusus:
·
Riwayat obstetrik ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan
warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar
setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
·
Pemeriksaan
fisik Ã
inspeksi (perdarahan & keputihan), palpasi (nyeri abdomen &
nyeri punggung bawah)
·
Pemeriksaan penunjang Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear,
kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi
ANALISA DATA
DATA
|
ETIOLOGI
|
DIAGNOSA
|
DO : Klien mengeluh nyeri pada sekitar
payudara sebelah kiri menjalar ke kanan, Klien
nampak meringis
|
Pembentukan sel
kanker / neoplasma ganas
↓
>ukuran, >penyebaran sel
↓
Menekan ujung2 syaraf & inflamasi
↓
Timbul rasa nyeri
|
Nyeri b.d infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase neoplasma
|
DO : klien tampak
pucat, hb rendah, akral dingin
|
Pembentukan sel
kanker / neoplasma ganas
↓
>ukuran, >penyebaran sel
↓
>> perdarahan
serviks à <<
hemokonsentrasi
↓
<<suplai darah
ke jaringan
|
Gangguan perfusi jaringan b.d anemia trombositopenia & perdarahan intraservikal
|
DO : klien tampak
tidak nafsu makan, terdapat penurunan BB cepat
|
Pembentukan sel
kanker / neoplasma ganas
↓
>ukuran, >penyebaran sel
↓
>> suplai
nutrisi & oksigen ke jar CA
↓
Hipermetabolisme jar
à mpengaruhi nafsu makan <<
↓
Pemecahan cadahan
berlebihan
|
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan nafsu makan dan intake
cairan dibatasi
|
DO
: klien tampak takut melihat anggota tubuhnya, tampak ekspresi
wajah klien murung.
|
Pembentukan sel
kanker / neoplasma ganas
↓
>ukuran, >penyebaran sel
↓
Dilakukan
penatalaksanaan berupa pembedahan/ kemoterapi dll
↓
Menyebabkan alopesia
↓
Kurangx pajanan
informasi & support sistem
|
Ansietas b.d ancaman
perubahan status kesehatan serta ancaman kematian
|
DO :Klien
jarang bicara dengan pasien lain, Klien nampak murung & malu dengan
keadaan dirinya
|
Pembentukan sel
kanker / neoplasma ganas
↓
>ukuran, >penyebaran sel
↓
Dilakukan
penatalaksanaan berupa pembedahan/ kemoterapi dll
↓
Menyebabkan alopesia
|
Ganguan
body image b.d perubahan
struktur tubuh sekunder terhadap kemoterapi & pembedahan
|
PERENCANAAN
INTERVENSI
DIAGNOSA
|
TUJUAN & KH
|
INTERVENSI
|
Nyeri b.d infiltrasi saraf akibat infiltrasi
metastase neoplasma
|
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapkan
klien tahu cara-cara mengatasi nyeri
Kriteria
hasil :
· Pasien merasa nyaman.
· Nyeri berkurang
· Mampu mendemonstrasi kan keterampilam relaksasi Klien dapat
menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
· Ekpresi muka dan tubuh rileks
|
· Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien
· Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan
skala nyeri.
· Berikan rasa Nyaman pada pasien dengan pengaturan posisi dan aktivitas hiburan
(musik).
·
Ajarkan
teknik manajemen nyeri (relaksasi, visualisasi, distraksi).
·
Anjurkan
keluarga untuk mendampingi klien
· Kolaborasi pemberian analgetik.
|
Gangguan perfusi jaringan b.d anemia trombositopenia & perdarahan intraservikal
|
Tujuan : Setelah diberikan tindakan
keperawatan 1 x24 jam, masalah perfusi pasien terkendali
KH :
· Perdarahan intra servikal sudah berkurang
· Konjunctiva tidak pucat, Mukosa bibir basah & kemerahan
· Hb 11-15 gr %, TD= 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80
X/mnt, S : 36-37 Derajat C, RR : 16 – 20 X/mnt.
|
· Observasi tanda-tanda vital
· Observasi perdarahan
· Kolaborasi dalam pemeriksaan Hematokrit dan Hb serta jumlah
trombosit
· Kolaborasi pemberian infuse
· Pantau dan atur kecepatan infuse
|
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan nafsu makan dan intake
cairan dibatasi
|
Tujuan : Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan kebutuhan nutrisi dapat tercukupi.
kritria
hasil :
· Pasien mengungkapkan pentingnya nutrisi.
·
Peningkatan BB progresif.
|
· Pantau intake dan output
makan tiap hari.
· Ukur BB tiap hari.
·
Dorong
pasien untuk diet tinggi protein.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar